Masa Disintegrasi Islam

Masa Disintegrasi Islam


MASA DISINTEGRASI ISLAM
(Kondisi Baghdad, Perang Salib, Serangan Bangsa Mongol dan Serangan Timur Lenk)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masa disintegrasi terjadi setelah pemerintahan periode pertama Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya, pada masa berikutnya pemerintahan dinasti ini mulai menurun, terutama di bidang politik. Dimana salah satu sebabnya adalah kecenderungan penguasa untuk hidup mewah dan kelemahan khalifah dalam memimpin roda pemerintahan. Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada di bawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali dinasti Islam berdiri. Ada diantaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurluluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.

Dalam penyusunan makalah ini digunakan untuk mengangkat tema dengan tujuan dapat membantu mengetahui bagaimana kondisi pada Masa Disintegrasi.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penyusunan makalah ini kami mencoba merumuskan beberapa pertanyaan yang akan dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan dan penyelesaian makalah. Diantaranya yaitu :

1.      Bagaimana kondisi Bagdad pada Masa Disintegrasi?

2.      Bagaimana terjadinya Perang Salib pada Masa Disintegrasi?

3.      Bagaimana terjadinya serangan bangsa Mongol pada Masa Disintegrasi?

4.      Bagaimana terjadinya serangan Timur Lenk pada Masa Disintegrasi?

1.3         Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Sejarah Peradaban Islam, tapi juga bertujuan diantaranya untuk :

1.      Untuk mengetahui kondisi Bagdad pada Masa Disintegrasi

2.      Untuk mengetahui kondisi Perang Salib pada Masa Disintegrasi

3.      Untuk mengetahui kondisi serangan bangsa Mongol pada Masa Disintegrasi

4.      Untuk mengetahui kondisi serangan Timur Lenk pada Masa Disintegrasi



BAB II

PEMBAHASANAN

2.1   Kondisi Bagdad pada Masa Disintegrasi

Disintegrasi dalam bidang politik sebenarnya sudah mulai terjadi di akhir zaman bani Umayyah. Akan terlihat perbedaan antara pemerintahan bani Umayyah dengan pemerinatahan bani Abbas.Wilayah kekuasaan bani Umayyah, mulai dari awal berdirinya sampai masa keruntuhanya, sejajar dengan batas wilayah kekuasaan Islam.Ada kemungkinan bahwa para khalifah Abbasiah sudah cukup puas dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu.Dengan pembiayaan upeti. Alasanya, pertama mungkin para khalifah tidak cukup kuat untuk membuat mereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa bani Abbas lebih menitik beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi.

Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa bani Abbas, dengan berbagai cara diantaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulah Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko. Seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah, kedudukanya semakin bertambah kuat, seperti daulah Aghlabiyah di Tunisia dan Thahiriyah di Khiurasan.

Kecuali bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, propinsi-propinsi itu pada mulanya patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolakan yang muncul.Namun, saat wibawa khalifah sudah memudar mereka melepaskan diri dari Baghdad.Mereka tidak hanya menggerogogoti kekuasaan, bahkan diantara mereka ada yang berusaha mengusai khalifah itu sendiri.

Dinasti dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa khalifah Abbasyiah, diantaranya adalah :


1.  Yang berbangsa Persia :

a.Thahiriyah di Khurasan (205-259 H/820-872 M)

b.Shafariyah di Fars (254-290 H/868-901 M)

c.Samaniyah di Transoxania (261-289 H/873-998 M)

d.Sajiyyah di Azerbeijan (266-318 H/878-930 M)

e.Buwaihiyah bahkan menguasai Baghdad (320-447 H / 932-1055 M)


2.  Yang berbangsa Turki:

a.Thuluniyah di Mesir (254-292 H/837-903 M)
b.Ikhsyidiyahdi Turkistan (320-560 H/932-1163 M)
c.Ghazanawiyah di Afganistan (351-585 H/962-1189 M)
d.Dinasti Seljuk dan cabang-cabangnya
-Seljuk besar atau Seljuk agung (429-522 H/1037-1127 M)
-Seljuk Kirman di Kirman (433-583 H/1040-1187 M)
-Selhuk Syiria atau Syam di Syiria (487-511 H/1094-1117 M)
-Seljuk Irak di Irak dan Kurdistan (511-590 H/1117-1194 M)
-Seljuk Rum atau Asia kecil di Asia kecil (470-700 H/1077-1299 M)


3.  Yang berbangsa Kurdi:
a.Al Barzuqani (348-406 H/959-1015 M)
b.Abu Ali ((380-489 H/990-1095 M)
c.Ayubiyah (564- 648 H/1167-1250 M)


4.  Yang berbangsa Arab:
a.Idrisiyah di maroko (172-375 H/788-985 M)
b.Aghlabiyah di Tunisia (184-289 H/800-900 M)
c.Dulafiyah di Kurdistan (210-285 H/825-898 M)


5.  Yang mengaku dirinya sebagai kholifah:
a.Umawiyah di spanyol
b.Fathimiyah di mesir

Faktor lain yang menyebabkan peran politik bani Abbas menurun adalah perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan. Hal ini sebenarnya juga terjadi pada pemerintahan-pemerintahan Islam sebelumnya.Nabi Muhammad memang tidak menentukan bagaiman acara penggantian pemimpin setelah ditinggalkanya. Beliau menyerahkan masalah ini kepada kaum muslimin sejalan dengan jiwa kerakyatan yang berkembang dikalangan masyarakat Arab dan ajaran demokrasi dalam Islam. Setelah nabi wafat, terjadi pertentangan pendapat diantara kaum muhajirin dan anshar dibalai kota bani Sa’idah di madinah. Akan tetapi, karena pemahaman keagaamaan mereka yang baik, semangat musyawarah, ukhuwah yang tinggi, perbedaan itu dapat diselesaikan.dan Abu Bakar terpilih menjadi khalifah.

Pertumpahan darah pertama dalam Islam karena perebutan kekuasaan terjadi pada masa kekhalifahan Ali bin abi thalib. Ali terbunuh oleh bekas pengikutnya sendiri.

Pada pemerintahan bani Abbas, perebutan kekuasaan seperti itu juga terjadi, terutama di awal berdirinya. Ditangan tentara Turkilah khalifah bagaikan boneka yang tak bisa berbuat apa-apa.Bahkan merekalah yang memilih dan menjatuhkan khalifah sesuai dengan keinginan politik mereka.Setelah kekuasaan berada di tanagn orang-orang Turki pada periode kedua, pada periode ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), Daulah Abbasyiah berada dibawah kekuasaan bani Buwaih.

Kelahiran bani Buwaih berawal dari tiga orang putra Abu Syuja’ Buwaih, pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rizki. Keadaan khalifah lebih buruk dari pada masa sebelumnya, terutama karena bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah, sementara bani Abbas adalah Sunni. Selama masa kekuasaan bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara kelompok Ahlus sunnah dan Syi’ah, pemberontakan tentara tersebut.

Setelah Baghdad dikuasai, bani Buwaih memindahkan markaz kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di tengah kota bernama Dar Al Mamlakah. Tetapi, kendali politik berada di Syiraz, tempat Ali bin Buwaih (saudara tertua) bertahta. Para pegnguasa bani Buwaih mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusteraan.

Kekuasaan politik bani Buwaih tidak lama bertahan.Setelah generasi pertama, tiga saudara tersebut.Kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak mereka.Masing-masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat.
Dinasti Seljuk berhasil merebut keuasaan dari bani Buwaih . Jatuhnya kekuasaan bani Buwaih ketangan Seljuk bermula dari perebutan kekuasaan di dalam negeri. Dinasti Seljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan.Setelah Seljuk meninggal, kepemimpinana di lanjutkan oleh anaknya, Israil.Namun Israil dan Mikail, penggantinya ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah.Kepemimpinan selanjutnya dipegang oleh Thugrul bek.
Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Seljuk berkuasa. Kewibawaan dalam bidang agama di kembalikan setelah beberapa lama dirampas orang-orang Syi’ah.Bukan hanya pembangunana mental spiritual, dalam pembangunan fisik pun dinasti Seljuk banyak meninggalkan jasa.Seperti masjid, jembatan, irigasi, jalan raya.

Setelah Maliksyah dan perdana menteri Nizham Al Mulk wafat Seljuk besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan dianatar anggota keluarga, setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat, konflik-konflik da peperangan antar anggota keluarga.



2.2   Perang Salib

Perang Salib (perang suci) ini terjadi pada tahun 1095, saat Paus Urbanus II berseru kepada Umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci atas permintaan Kaisar Alexius Connenus yang menjadi penyebab langsung terjadinya perang salib, untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk yang menetapkan beberapa peraturan yang memberatkan bagi Umat kristen yang hendak berziarah ke sana. Yang menyulut Perang Salib adalah isi pidato Paus Urbanus II yang disampaikan di Clermont, bagian tenggara Perancis dan memerintahkan orang-orang Kristen agar “Memasuki lingkungan Makam Suci, merebutnya dari orang-orang jahat dan menyerahkannya kembali kepada mereka.” Mungkin, inilah pidato paling berpengaruh yang pernah disampaikan oleh Paus sepanjang catatan sejarah. Sebagaimana telah disebutkan, peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasi1mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat Kristen di Eropa supaya melakukan perang SUCI. Perang ini kemudian dikenal dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.



1.      Periode Pertama

Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Disini mereka mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur. Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-Maqdis (15 Juli1099 M.) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M.),Tripoli (1109 M.) dan kota Tyre (1124 M.). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah Raymond.



2.      Periode Kedua

Imaduddin Zanki, penguasa Moshul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa pada tahun 1144 M. Namunia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Numuddin Zanki. Numuddin berhasil merebut kembali Antiochea pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M seluruh Edessa dapat direbut kembali.Kejatuhan Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua. Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Condrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Numuddin Zanki. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Condrad II sendiri melarikan diri pulang kenegerinya. Numuddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerussalem pada tahun 1187 M. Dengan demikian kerajaan latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum muslimin sangat memukul perasaan tentara salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Kali ini tentara salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa, raja Jerman; Richard the Lion Hart, raja Inggris; dan Philip Augustus, raja Perancis. Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Akan tetapi mereka tidak berhasil memasuki Palestina. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara tentara salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Bait al-Maqdis tidak akan diganggu.

3.      Periode ketiga

Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II. Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219 M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu itu, al- Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick  bersedia melepaskan Dimyat, sementara al- Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah, pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M.

Perang Salib yang berkobar di Timur ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana. Walaupun umat Islam berhasil mempertahankan daerah-daerahnya dari tentara Salib, namun kerugian yang mereka derita banyak sekali,karena peperangan itu terjadi di wilayahnya. Kerugian-kerugian ini mengakibatkan kekuatan politik umat Islam menjadi lemah. Dalam kondisi demikian mereka bukan menjadi bersatu, tetapi malah terpecah belah. Banyak dinasti kecil yang memerdekakan diri dari pemerintahan pusat Abbasiyah di Baghdad.



2.3   Serangan Bangsa Mongol

Sesungguhnya invasi pasukan mongol terhadap wilayah-wilayah islam adalah tragedi besar yang tidak ada tandinggannya sebelum ini dan sesudahnya. Kendati sebelumnya didahului perang dunia, sesungguhnya perang salib tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan invasi pasukan mongol. Betapapun banyaknya jumlah korban perang dari kaum muslimin pada keseluruhan perang salib, sesungguhnya itu masih relative kecil jika dibandingkan dengan jumlah korban perang dari kalangan kaum muslimin pada satu perang diantara sekian banyaknya perang yang dilancarkan pasukan mongol secara brutal dan sadis tersebut. Kaum muslimin mengalami kerugian yang tidak terhitung akibat kolonialisme modern, namun penghancuran oleh pasukan mongol terhadap satu kota saja bagdad misalnya.

Invasi pasukan mongol berimbas pada perubahan social, moralitas dan politik terhadap negeri-negeri islam. Sebagaiman invasi pasukan mongol mengakibatkan dampak negative dalam masyarakat islam, disamping itu juga mengakibatkan dampak positif bagi ummat islam, yaitu membangun perasaan kaum muslimin terhadap pentingnya persatuan membuang jauh-jauh perpecahan.

Jikalau ditelusuri historisnya, umat islam pada waktu itu tersebar dimana-mana dari jazirah arab sampai eropa dibawah naungan Negara-negara islamiyah, yang sudah barang tentu system pemerintahannya sudah mulai mendekati ideal, disamping itu pula, peradaban dan ilmu pengetahuan mulai berkembang pesat, ini menandakan bahwa pada waktu itu ilmuan dan cendikiawan muslim mulai banyak seperti ibnu taimiah. Akan teetapi ironis sekali bila mana Negara islam tatkala itu dikikis habis oleh Negara mongol, bagaikan debu yang ada diatas debu yang licin dan diterpa angina yang kencang.



a. Asal-Usul Bangsa Mongol

Bangsa Mongol berada di wilayah pegunungan Mongolia, berbatasan dengan Cina di Selatan, Turkestan di Barat, Manchuria di Timur, dan Siberia di sebelah Utara. Kebanyakan dari mereka mendiami padang stepa yang membentang di antara pegunungan Ural sampai pegunungan Altai di Asia Tengah, dan mendiami hutan Siberia dan Mongol di sekitar Danau Baikal. Dalam rentang waktu yang relatif panjang, kehidupan bangsa Mongol tetap sederhana mereka mendirikan perkemahan dan berpindah dari satu tempat ketempat lain, menggembala kambing, berburu. Mereka hidup dari hasil perdagangan tradisional yaitu mempertukarkan bangsa Turki dan Cina yang menjadi tetangga mereka.

Bangsa Mongol juga merupakan satu bangsa yang memiliki ketangkasan berkuda yang mampu menaklukkan stepa ke stepa, akibatnya kehidupan mereka berpindah-pindah mengikuti wilayah taklukannya dibawah kepemimpinan seorang Khan. Khan yang pertama dari bangsa Mongol itu adalah Yesugey, ayah Chinggis atau Jengis.

b. Invasi-invasi mongol

Bangsa yang dipimpin Jengis Khan itu meluaskan wilayahnya ke Tibet (cina barat laut), dan cina, 1213, serta dapat menaklukkan Beijing tahun 1215. ia menundukkan Turkistan tahun 1218 yang berbatasan dengan wilayah islam, yakni Khawarazam syah. Ivasi gubernur khawarazam membunuh utusan jengis yang disertai oleh saudagar islam. Peristiwa tersebut menyebabkan mongol menyerbu wilayah islam, dan dapat menaklukkan transoxania yang merupakan wilayah khawarazam 1219-1220, padahal sebelumnya mereka hidup berdampingan secara damai satu sama lain. Kota bukhara di samarkand yang didalamnya terdapat makam imam bukhari, salah seorang perawi hadis yang termasyur, dihancurkan, balk, dan kota-kota lain yang memiliki peradaban islam yang tinggi, di asia tengah juga tidak luput dari penghancuran. Jalaluddin, penguasa khawarazam yang berusaha meminta bantuan pada khalifah abbasiyah di bagdad, menghindarkan diri dari serbuan mongol, ia diburu oleh musuhnya hingga ke India 1221, yang akhirnya ia lari ke barat.

Wilayah kultur arab menjadi jajahan mongol setelah bagdad ditaklukkan oleh hulako khan, 1258. ia membentuk kerajaan Il Khaniyah yang berpusat di tabris dan maragha. Ia dipercaya oleh saudaranya, mongke khan untuk mengembalikan wilayah-wilayah mongol di asia barat yang telah lepas dari kekuasaan mongol setelah kematian jengis. Ia berangkat dengan disertai pasukan yang besar untuk menunaikan tugas itu tahun 1253 dari Mongolia . Atas kepercayaan saudaranya itu hulako khan dapat menguasai wilayah yang luas seperti Persia, Irak, Caucasus dan asia kecil sebelum menundukkan bagdad, ia telah menguasai pusat gerakan Syi'ah Isma'iliyah di Persia utara, tahun 1256. jatuhnya ibu kota abbasiyah yang didirikan oleh khalifah kedua, al-mansyur itu, berkaitan erat sekali dengan seseorang yang bernama ibnu al-qami' 5 ia berhasil untuk merayu pasukan mongol untuk menyerang bagdad. Pada awal tahun 656 H/ 1258 M, hulako khan mengirimkan pasukan ke bagdad dibawah pimpinan dua amirnya sebagai pasukan awal sebelum kedatangannya, kemudian pada tanggal 12 muharram pada tahun yang sama, pasukan yang berkekuatan dua ratus ribu personel dan dipimpin langsung oleh hulako khan tiba di bagdad. Mereka mengepung bagdad dari dua arah, barat dan timur, pada akhirnya di adakan perjanjian antara hulako dan mu'tashim mu'tashim dikawal tujuh ratus dari kalangan hakim dan, fuqoha', orang-orang sufi dan pejabat Negara. Pada akhirnya mereka semua di bunuh oleh hulako khan tidak tersisa sama sekali, hal ini atas permintaan ibnu al-qami' dan nashiruddin at-thutsi. Demikian juga membunuh sebagian besar keluarga khalifah dan penduduk yang tak bedosa. Akibat pembunuhan dan perusakan kota itu timbullah wabah penyakit lantaran mayat-mayat yang bergelimpangan belum sempat di kebumikan. Hulako mengenakan gel ail khan dan menguasai wilayah lebih luas lagi hingga ke syiria utara seperti kota Aleppo , hama dan harim.

Selanjutnya bangsa Mongol ingin merebut mesir, tetapi malang, pasukan mamluk rupanya lebih kuat dan lebih cerdik sehingga pasukan mongol dapat dipukul di ‘Ain jalut, palestina, tahun 1260 sehingga mengurungkan niatnya melangkahi mesir. Ia sangat tertarik pada bangunan dan arsitektur yang indah dan filsafat.

c. Dampak Serangan Mongol

Dampak dari serangan Mongol adalah kehancuran yang tampak jelas dimana-mana sejak dari wilayah timur hingga kebarat. Kehancuran kota-kota dengan bangunan yang indah-indah dan perpustakaan-perpustakaan yang mengoleksi banyak buku memperburuk situasi ummat islam. Pembunuhan terhadap umat islam terjadi, bukan hanya pada masa hulako saja yang membunuh khalifah Abbasiyah dan keluarganya, tetapi pembunuhan dilakukan juga terhadap umat islam yang tidak berdosa. Seperti yang dilakukan oleh argun Khan ke 4 pada masa dinasti Il khaniyah terhadap Takudar sbagai Khan ketiga yang dihukum bunuh karena masuk islam



2.4   Serangan Timur Lenk

Timur Lenk merupakan keturunan Mongol yang sudah masuk Islam,dimana sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Dia berhasil menaklukkan Tughluk Temur dan Ilyas Khoja, dan kemudian dia juga melawan Amir Hussain (iparnya sendiri). Dan dia memproklamirkan dirinya sebagai penguasa tunggal di Transoxiana, pelanjut Jagati dan Turunan Jengis Khan. Setelah lebih dari satu abad umat Islam menderita dan berusaha bangkit dari kehancuran akibat serangan bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan, malapetaka yang tidak kurang dahsyatnya dating kembali, yaitu serangan yang juga dari keturunan bangsa Mongol. Berbeda dari Hulagu Khan dan keturunannya pada dinasti Ilkhan, penyerang kali ini sudah masuk Islam, tetapi sisa-sisa kebiadaban dan kekejaman masih melekat kuat. Serangan itu dipimpin oleh Timur Lenk, yang berarti Timur si Pincang.



Sang penakluk ini lahir dekat Kesh (sekarang Khakhrisyabz, "kota hijau", Uzbekistan), sebelah selatan Samarkand di Transoxiana, padatanggal 8 April 1336 M/25 Sya'ban 736 H, dan meninggal di Otrarpada tahun 1404 M. Ayahnya bernama Taragai, kepala suku Barlas,keturunan Karachar Noyan yang menjadi menteri dan kerabat penguasa tertinggi kerajaan ini sebelumnya berhasil meluaskan daerah kekuasaannya ke daerah-daerah yang sudah ditaklukkan olehTimur Lenk. Karena itu Timur Lenk sangat berambisi mengalahkan kerajaan ini. Ia mengerahkan bala tentaranya untuk memerangi tentara Bayazid I. Di Sivas terjadi peperangan hebat antara kedua pasukan itu. Timur Lenk keluar sebagai pemenang dan putera Bayazid I, Erthugrul, terbunuh dalam pertempuran tersebut. Pada tahun 1402 M terjadi peperangan yang menentukan di Ankara. Tentara Usmani kembali menderita kekalahan, sementara Sultan Bayazid sendiri tertawan ketika hendak melarikan diri. Bayazid akhirnya meninggal dalam tawanan. Timur Lenk melanjutkan serangannya ke Broessa, ibu kota lama Turki, dan Syria. Setelah ituia kembali ke Samarkand untuk merencanakan invasi ke Cina. Namun, di tengah perjalanan, tepatnya di Otrar, ia menderita sakit yang membawa kepada kematiannya. Ia meninggal tahun 1404 M,dalam usia 71 tahun. Jenazahnya dibawa ke Samarkand untuk dimakamkan dengan upacara kebesaran. Sekalipun ia terkenal sebagai penguasa yang sangat ganas dan kejam terhadap para penentangnya, sebagai seorang muslim Timur Lenk tetap memperhatikan pengembangan Islam. Bahkan dikatakan, ia seorang yang saleh. Konon, ia adalah penganut Syi'ah yang taat dan menyukai tasawuf tarekat Naqsyabandiyyah. Dalam perjalanan-perjalanannya ia selalu membawa serta ulama-ulama, sastrawan dan seniman. Ulama dan ilmuwan dihormatinya. Ketika berusaha menaklukkan Syria bagian utara, ia menerima dengan hormat sejarawan terkenal, Ibnu Khaldun yang diutus Sultan Faraj untuk membicarakan perdamaian.


Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas kelompok dalam mata kuliah Sejarah Peradaban Islam semester 1 Jurusan KPI UIN Bandung

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama