Ini bukan nyanyian rockstars di atas mimbar, apalagi puisi
berintonasi, hanya teriakan bocah ingusan di samping trotoar yang panjang, tak
sanggup berorasi, hanya mencaci maki keadaan yang semakin kusut terbawa zaman.
Santailah kawan! Kita
bukan lawan, anggap saja teman seperjuangan yang sama-sama enggan untuk
teralihkan. Ya, saya banyak berkhayal untuk keadilan, walau diri sendiri tak
pernah berkenalan dengan kedamaian.
Santailah kawan! Mari
kita duduk bersandar, nyalakan kemenyan
dan tuangkan air kedamaian, kita caci bersama realita di depan, yang semakin
padat dengan konflik dan intrik sejauh mata memandang.
Lihatlah kawan! Topeng
indah banyak dijual, tapi dimana topeng yang rapuh dipajang? Saya keliru!
Mereka nyaman menutupi wajahnya, sampai ubunnya tak tersentuh mata, hanya bocah
kecil yang menawarkan senyuman.
Lihatlah kawan! Koloni
semut yang tak pernah enggang, saling menyapa dan merangkak berdampingan, tapi
apa itu? Hewan berkaki dua yang berakal, melangkah perlahan dan beriringan,
diam-diam saling menghantam dan menikam.
Sadarkah kawan? Kita hanya bergumam, meneriaki
atmosfer picik yang membumi, mencium aroma janji manis yang bermuara hampa,
menikmati tarian eksotis di atas tumpukan bangkai. Jabatlah tanganku, kita
kembali melangkah mencari peradaban, yang bisa mendengar teriakan bocah yang
mengadu pada kesunyian.