Tangisan Bocah Bengal

Tangisan Bocah Bengal

Ini bukan nyanyian rockstars di atas mimbar, apalagi puisi berintonasi, hanya teriakan bocah ingusan di samping trotoar yang panjang, tak sanggup berorasi, hanya mencaci maki keadaan yang semakin kusut terbawa zaman.

Santailah kawan! Kita bukan lawan, anggap saja teman seperjuangan yang sama-sama enggan untuk teralihkan. Ya, saya banyak berkhayal untuk keadilan, walau diri sendiri tak pernah berkenalan dengan kedamaian.

Santailah kawan! Mari kita duduk bersandar, nyalakan kemenyan dan tuangkan air kedamaian, kita caci bersama realita di depan, yang semakin padat dengan konflik dan intrik sejauh mata memandang.

Lihatlah kawan! Topeng indah banyak dijual, tapi dimana topeng yang rapuh dipajang? Saya keliru! Mereka nyaman menutupi wajahnya, sampai ubunnya tak tersentuh mata, hanya bocah kecil yang menawarkan senyuman.

Lihatlah kawan! Koloni semut yang tak pernah enggang, saling menyapa dan merangkak berdampingan, tapi apa itu? Hewan berkaki dua yang berakal, melangkah perlahan dan beriringan, diam-diam saling menghantam dan menikam.
 
Sadarkah kawan? Kita hanya bergumam, meneriaki atmosfer picik yang membumi, mencium aroma janji manis yang bermuara hampa, menikmati tarian eksotis di atas tumpukan bangkai. Jabatlah tanganku, kita kembali melangkah mencari peradaban, yang bisa mendengar teriakan bocah yang mengadu pada kesunyian.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama