Kiprah Pondok Pesantren di Zaman Modern

Kiprah Pondok Pesantren di Zaman Modern

Pondok Pesantren atau sering di singkan Ponpes adalah lembaga pendidikan di Indonesia yang di khususkan mempelajari ilmu-ilmu keagamaan, seperti Al-Qur’an, Hadits dengan mempelajari bahasa Arab dan kaidah-kaidah tata bahasa-bahasa Arab, serta keilmuan lain, seperti Fiqih, Tasawuf, Tafsir, Mantiq dan lain sebagainya. Di zaman penjajahan, pondok pesantren sangat diperhitungkan oleh pihak penjajah, karena kekhawatiran mereka kepada para santrinya yang terdidik, baik dari segi spiritual bahkan dari segi bela diri. Pondok pesantren pada masa itu, menjadi tempat kaderisasi pendakwah islam di Nusantara, terbukti sampai sekarang mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.

Dewasa ini pondok pesantren dihadapkan pada banyak tantangan termasuk di dalam modernisasi pendidikan Islam di Indonesia. Dalam banyak hal sistem dan kelembagaan pesantren telah dimodernisasi serta disesuaikan dgn tuntutan pembangunan terutama dalam aspek-aspek kelembagaan sehingga secara otomatis akan mempengaruhi ketetapan kurikulum. Kurikulum pada dasar merupakan seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang diidamkan. Pesantren dalam aspek kelembagaan mulai mengembangkan diri dengan jenis dan corak pendidikan yg bermacam-macam.

Sebagai contohnya, Pondok Pesantren Al-basyariyah yang mengadopsi kurikulum Pondok Pesantren Modern Gontor yang memiliki jenjang pendidikan formal seperti  sekolah-sekolah negeri pada umumnya menggunakan Bahasa Arab dan bahasa Inggris sebagai bahasa pergaulan dan bahasa pengantar pendidikan, kecuali mata pelajaran tertentu yang harus disampaikan dengan Bahasa Indonesia. Bahasa Arab dimaksudkan agar santri memiliki dasar kuat untuk belajar agama mengingat dasar-dasar hukum Islam ditulis dalam bahasa Arab. Bahasa Inggris merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan/umum. Selain itu, terdapat juga pelatihan keterampilan yang di naungi oleh pengasuhan, seperti kesenian, kepramukaan dan olah raga yang menjadi ekstra kulikuler. Para santri diajarkan untuk bersosialisasi dengan membentuk masyarakat sendiri di dalam pondok, melalui organisasi. Mulai dari ketua asrama, ketua kelas, ketua kelompok, organisasi intra/ekstra, hingga ketua regu pramuka, sambil melatih diri untuk siap menjadi pemimpin di masa depan.

*

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama